Laman

Gejolak Emosi V. Ayat-Ayat Moral


Seperti kita ketahui bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Ketika kita lahir Tuhan hanya menganugerahkan satu kemampuan untuk kita. Kita menangis.
Kita menangis dalam keadaan telanjang dan tidak mengetahui kita sebenarnya berada dimana. Selang beberapa waktu kita belajar dari lingkungan, sedikit demi sedikit memori dalam otak berkembang.

Kita mengenal dingin udara yang menusuk, mengenal panas suhu bumi yang berpeluh, merasa arti dan fungsi dari lidah, mengerlipkan kelopak mata ketika cahaya menyilaukan, mendengar suara-suara bising memecah keheningan.

Ketika seekor nyamuk menggigit, rasa sakit menjalar seperti sebuah sinyal elektrik menuju syaraf-syaraf otak hingga menimbulkan reaksi otomatis untuk menangis karena kita lemah. 

Ibu mengasuhi dirumah dan ayah bekerja banting tulang. Fenomena dan kebiasaan yang selalu disaksikan setiap hari. Lingkungan membuat kita semakin mengerti arti semua. Otak berfikir dan hati mendorong untuk mencari tahu arti sekeliling.

Kita melihat orang lain yang mempunyai bentuk, rupa dan kebiasaan yang kurang lebih sama. Tetapi kita pun berfikir dan bertanya, kenapa ada perbedaan? Setelah dewasa kita memahami bahwa Tuhan tidak menciptakan perbedaan tanpa maksud dan tujuan. Karena perbedaan adalah anugerah untuk saling kenal-mengenal.

Seorang anak yang memiliki kebebasan untuk memilih, menilai, merasa dan mengambil keputusan. Tetapi satu hal  yang belum kita miliki, adalah rasa tanggung jawab. Kita berlari, bermain, berteriak, mengejek, memukul dan berkelahi tanpa tahu norma, tanpa tahu moral, tanpa tahu hukum dan kontrol sosial. Karena sejatinya seorang anak merupakan dunia penuh keriangan dan taman bermain. 

Menginjak usia dewasa, berbagai perubahan terjadi. Emosi labil, pikiran berkembang, hati yang mengerti arti menyayangi, pun tampak jelas pada fisik yang enerjik dan dinamis. Yang kita tahu adalah, dunia remaja merupakan aplikasi dari pencarian jati diri.

Bakat dan minat berkembang sesuai dengan lingkungan yang membimbing. Rasa tanggung jawab mulai menguak kabut pikiran kekanak-kanakan. Kita mengenal arti pengorbanan, mengahargai orang lain, menghormati, memahami, mengambil resiko dan tindakan, juga hal-hal tentang hak dan kewajiban.

Berbagai informasi dan ilmu pengetahuan pun telah membimbing kita untuk bersikap seperti apa yang kita inginkan. Dunia remaja, dunia yang penuh dengan tantangan dan hal-hal baru. Tantangan dan hal-hal baru yang melekat dalam lingkungan dua sisi negatif dan positif silih berganti secara tak terduga setiap waktu. 

Tatapi sayangnya setiap kita memang memiliki kodrat manusia, yang sejatinya bukan malaikat. Pengaruh lingkungan negatif memang menawarkan kepuasan yang instan.

Kenakalan remaja sulit untuk dihindari. Gejolak emosi versus ayat-ayat moral saling bertentangan. Sebagian terjerumus dalam realitas immoral dan sebagian sadar dengan jalan yang lurus. Dititik ini lah umumnya awal dari penyimpangan kegagalan dan keberhasilan seseorang.

Bukankah kita hari ini adalah hasil dari sejarah masa lalu? Bukankah 1+1=2? Dimana 2 adalah hasil dari penjumlahan 1 dengan 1 dari hukum tersebut? 

Jadi seyogya-nyalah sebagai generasi muda yang umumnya berada pada emosi labil untuk instrokspeksi dan be aware dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil. Jalan masih panjang, tahap menjadi manusia dewasa dan penuh tanggung jawab menanti. Sebagai wakil dari kebenaran yang dituntut untuk menjaga dan memakmurkan alam semesta. Semoga bermanfaat...

2 comments:

  1. Posting yang "cerdas" dan sangat recommended untuk dibaca dan dijadikan kajian perenungan dan presentasi

    ReplyDelete
  2. tks. untuk appresiasi-nya dan firs comment diblog ini..salam kenal bang Sutejo..

    ReplyDelete